Minggu, 02 Agustus 2015

Rejeki Mengalir Deras Jika Berbisnis Melibatkan Tuhan


pengusaha islam sukses jaman nabi


Dalam sebuah sejarah perjalanan Rasulullah SAW, pernah dikisahkan tentang kesuksesan seorang Muslim dalam berbisnis yakni Abdurrahman bin Auf (semoga Tuhan merahmati beliau. Aamiin.)

Diceritakan dalam sejarah tersebut bahwa Abdurrahman bin Auf adalah seorang bangsawan kayaraya yang mengikuti jejak Rasul SAW, namun ia harus meninggalkan hartanya dikarenakan ada penjegalan dari kaum musyrikin dalam perjalanan ke Madinah. Saat itu untuk dapat menembus kota Madinah rombongan kaum muslimin harus menyerahkan seluruh harta yang dibawa kepada kaum musyrikin, hingga akhirnya kaum muslimin pada waktu itu tidak membawa perbekalan harta sepeser pun.

Setibanya kaum muhajirin ke kota madinah mereka disambut baik oleh kaum anshor (penduduk muslim madinah). Kemudian ada salah seorang sahabat datang menghampiri Abdurrahman bin Auf dan berkata “wahai sahabatku, jikalau aku engkau perkenankan untuk menyerahkan sebagian hartaku untukmu, maka aku akan sangat berbahagia”, kemudian Abdurrahman bin Auf menjawab : “wahai sahabatku, “Terima Kasih, Semoga Allah memberkahi hartamu, tunjukkan saja padaku di mana letak pasar!”

Lalu sahabat anshor terheran-heran melihat sikap Abdurrahman bin Auf lalu bertanya “untuk apa kau hendak kepasar wahai sahabat? Kemudian beliau menjawab, “aku hendak berdagang disana”.

Singkat cerita tidak sampai berbulan-bulan, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu saudagar kaya raya dipasar tersebut. Hinggga pada akhirnya perekonomian pasar tersebut dikuasai oleh masyarakat muslimin pada waktu itu, padahal sebelum datangnya kaum muhajirin ke Madinah justru perekonomian pasar dikuasai oleh kaum Yahudi.

Dan apa yang menjadi pelajaran untuk kita saat ini. Mari saya ajak anda untuk mengorek sedikit tentang apa saja yang menjadikan Abdurrahman bin Auf lakukan dalam meraih kesuksesan tersebut. Sederhana ternyata, dalam sejarah tersebut disebutkan bahwa apapun yang dilakukan dalam berbisnis hendaknya senantiasa melibatkan Tuhan (atas nama Tuhan), kedua adalah konsep berbagi kepada sesama.

1.      Melibatkan Tuhan
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mu’min ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.
Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat.
Dan barangsiapa yang menutupi aib orang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.” (HR.Muslim)

Abdurrahman menjadi sahabat yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Ia tidak mau celaka dengan menyimpan harta, ia mengumpulkan dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi, ia tidak menikmatinya sendirian. Orang-orang Madinah pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkan kepada mereka, sepertiga digunakan untuk membayar hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.”

Abdurrahman dan penduduk Madinah saling mendahulukan kepentingan saudaranya, sehingga Allah membukakan keberkahan dan Allah membukakan peluang menguasai ekonomi umat.

    Konsep berbagi

Abdurrahman bin Auf saat sudah berdagang, beliau meniatkan semua hartanya untuk diinfakkan di jalan Allah semaksimal mungkin. Saat perang Tabuk, beliau menginfakkan 200 uqiyah setara dengan 5,95 kg emas, apabila 1 gram emas setara 500 ribu rupiah, maka, Abdurrahman bin Auf sudah memberikan 2,9 milyar dalam perang Tabuk.

Abdurrahman bin Auf yang pernah menjual tanah seharga 40 ribu dinar setara 90,4 milyar, uang tersebut dibagikan kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin dan Anshar. 
Begitulah saat seseorang membantu agama Allah, Allah akan membantunya. Siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, akan dilipatgandakan. 

Abdurrahman bin Auf bertambah kaya karena menginfakkan hartanya di jalan Allah. Allah berfirman dalam qur’an surat Al Baqarah ayat 245,

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”

Wallahu’alam.

Undang Rejeki Dengan Keajaiban Berbagi

mendatangkan rejeki

Fenomena muslim saat ini sangat kompleks terkait pemahaman rejeki. Ada yang berpendapat bahwa rejeki itu datang dengan sendirinya, dengan hanya memohon dan bersimpuh kepada Yang Maha kuasa secara otomatis rejeki bisa didapatkan. 

Sebahagian yang lain mengemukakan bahwa rejeki didapatkan atas hasil daya upaya dari diri pribadi tanpa melibatkan Tuhan sebagai penentu datangnya rejeki . Tanpa menafikan berbagai pendapat yang ada, boleh jadi kesemuanya benar, sebab itu pilihan yang mungkin masing-masing telah melakukan atau mengalami pembuktian. 

Hendaknya kita tidak mengatakan hal tersebut buruk dan cenderung lebih bijaksana. Namun tahukah anda, bahwa Tuhan telah melimpahkan potensi kepada tiap-tiap pribadi manusia untuk dapat menggapai rejeki yang telah Tuhan siapkan untuk dirinya. 

Hanya terkadang manusia lupa untuk mensyukuri apa yang telah diraih dan digapainya. Syukur secara sederhana memiliki arti memperlihatkan/menunjukan. Pada sisi lain Syukur dapat diartikan sebagai satu kata tunjuk kepada sebuah pohon yang sekali disirami namun berdaun rindang dan berbuah lebat, atau satu kata tunjuk kepada seekor kambing yang diberikan sedikit makan namun menjadikannya gemuk lagi sehat. 

Begitulah syukur bila dianalogikan sederhana. Hal ini berarti bahwa, jika seorang manusia memperoleh satu kenikmatan dari Tuhannya, maka ia justru akan memperlihatkan peragaan terbaik dalam melakukan pengabdian kepada Tuhannya. 

Ia akan senantiasa memiliki totalitas dalam kebajikan yang penuh kemantapan lagi berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan sebagai perwujudan syukur dalam perbuatan, hingga ia tak akan pernah berfikir dan berani merusak nilai dari amal yang ia perbuat. Sebab segala hal yang ia jalani selalu melibatkan nama Tuhannya. Subhanallah. 

Syukur dalam rejeki identik dengan berbagi kepada sesama. Saling memberi bukan hanya dalam berbentuk materil saja. Akan tetapi banyak pilihan yang akan menjadi cara anda mewujudkan rasa syukur. Sudah siapkah Anda tuntuk berbagi?

Minggu, 01 September 2013

Selamat Datang

Blog ini akan di update mulai besok Mohon menunggu. Terima kasih.


Judul artikel menarik yang sudah kami persiapkan adalah:

 

1. Berkah silaturahmi

2. Bisnis tanpa modal

3. Keajaiban Berbagi

4. Muslim Dermawan

5. Rahasia Rezeki

6. Memperkuat potensi rezeki